Suka Duka Punya Wajah Boros
Senang dan sedih bercampur aduk dalam bentuk dan waktu yang bersamaan
Ketidaksukaan kita terhadap orang memang seringkali dilandasi atas pandangan pertama. Wajah yang dilihat bisa menjadi penentu sambutan apa yang bakal kita berikan.
Saya mengalami hal ini hingga saat ini. Ketidaksukaan yang kemudian menjadi kebiasaan bagi saya untuk menerima kenyataan. Sebab seringkali ada hal baik yang menyertai bila berada di posisi saat ini.
Umur saya sebenarnya baru menginjak 23 tahun. Tapi memang wajah saya terlihat seperti orang yang sudah 32 tahun atau mungkin lebih. Saya juga tidak tahu persis mengapa hal ini terjadi namun saya tidak pernah menyesal akan hal itu.
Wajah boros saat ini menjadi sesuatu yang sudah melekat dengan saya. Saat bertemu orang baru memang mereka akan kaget bila mendengar umur saya. Katanya, muka saya tidak mendukung sebagai remaja akhir 23 tahun.
Selain itu memang muka saya yang cenderung standar bahkan jelek bagi sebagian orang. Kulit saya yang sawo (bukan matang tapi hangus) membuat syarat untuk dikatakan tua akhirnya terpenuhi.
Melihat respon yang cenderung negatif ini memang seringkali membuat sakit hati sebab saya seperti kebanyakan manusia maunya dianggap muda. Muda selalu menjadi patokan sebab umur saya memang sangat muda dibanding angkatan 2000an lainnya.
Saya lahir 7 Desember 2000, lahir di ujung tahun membuat saya berbangga hati karena sangat muda. Namun hal itu tidak sejalan dengan muka atau wajah saya yang nampak bapak-bapak yang sumringah di umur 32 tahun. Hahahaha
Sebenarnya kesakit hatian yang saya alami hanya spontanitas biasa sebagai insan. Saya sejatinya sudah menerima dengan tulus dan tidak mempersoalkan apakah harus dipanggil lebih tua.
Ketuaan yang tidak diminta ini sejatinya menjadi berkah tersendiri bagi saya. Sebab saya menjadi lebih dihormati oleh beberapa orang yang saya temui.
Ada kebanggaan tersendiri apabila dihormati kemudian dipanggil "pak" atau "om" sebab manusia saat ini terkadang hanya akan menghormati orang yang lebih tua. Sehingga klaim tua yang disematkan kepada saya membuat kewibawaan dan kehormatan saya naik. Kepercayaan diri untuk berada di tengah masyarakat juga menjadi muncul.
Saya sebagai orang yang introvert terkadang mudah kena mental apabila berada diantara orang ramai. Ketuaan yang disematkan ke saya yang akhirnya membantu saya untuk percaya diri.
Bagi saya setiap hal yang dimiliki baik kekurangan maupun kelebihan adalah berkah tersendiri untuk setiap manusia. Manusia diberikan kelebihan dan kekurangan agar tidak angkuh dan mengikuti egoisme yang melekat pada dirinya.
Lagipun saya sebenarnya sudah tahu cara agar bisa mengembalikan panggilan muda dan melepaskan sematan tua ke saya. Caranya dengan menguruskan badan. Ini sudah terbukti saya terlihat (bukan lebih muda karena saya memang muda) sesuai umur yang saya miliki.
Saat ini saya sedang mengusahakan hal itu terjadi. Namun memang yang namanya makan itu sulit dihindari. Apabila saat ini saya sedang minum vitamin untuk menjaga daya tahan tubuh.
Membuat usaha menurunkan badan menjadi sebuah usaha yang muskil dilakukan. Utamanya saat ini ada rencana program makan gratis (dari capres) yang seperti halnya kekuasaan, sama-sama membuat saya dan pemilik programnya terlena dan tergila-gila. (Fikri Rahmat Utama)